Jumat, 03 Mei 2013

Fenomena Sosial Yang Terjadi Dalam Masyarakat


Senioritas Dikalangan Pelajar (Buulying)

Sekarang ini meraknya terjadi kasus senioritas (Buulying) dikalangan pelajar. Dikarenakan adanya seorang kaka kelas atau senior merasa tidak ingin derajat atau keberadaannya yang terbilang lebih lama dibandingkan juniornya tidak ingin disaiingi dan sangat ingin di hormati oleh adik kelasnnya.

Tetapi kita sering menemui adanya tindak kekerasan pada adik kelas oleh kaka kelasnya hal tersebut dapat mungkin terjadi karena kaka kelas selalu ingin merasa benar sedangkan adik klas yang belum banyak mengerti dan tahu dijadikan pelampiasan kesenioritasan adik kelas.

Seharusnya senioritas itu sendiri tidak harus ditunjukkan dengan kekerasan, bisa saja senioritas itu dilakukan ke arah yang lebihh positif lagi seperti memberikan banyak pengetahuan tentang prosedur sekolah dan mengajarkan adik kelas ke dalam suatu organisasi atau kelompok yang menghasilkan suatu prestasi yang dapat dibanggakan dengan adanya kerjasama antara kaka kelas dan adik keles.

Dengan begitu istilah senioritas tidak harus menjadi momok yang menakutkan dan menyebalkan seperti yang terjadi kemarin - kemarin ini. Untuk itu adanya peran khusus dari keluarga terutama orang tua untuk mengarahkan anak - anaknya untuk tidak melakukan hal - hal yang melanggar noma dikalangan pelajar.

Sulit memang mengubah image senioritas ke arah yang lebih positif. Karena dalam masyarakat senioritas sudah banyak dikenal dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan seorang senior kepada juniornya. 

Hindarilah tindak kekerasan pada anak dan jauhkan dari tontonan - tontonan yang terdapat banyak unsur kekerasan karena anak gampang sekali untuk meniru hal - hal yang baru. Arahkanlah kepada banyak kegiatan yang baik seperti membuat karya - karya yang kreatif dari anak agar terhindar dari pengaruh buruk lingkungan sekitar.

Untuk itu senioritas dalam pelajar dapat dihindari dengan demikian seorang anak pun menjadi lebih baik dengan hal yang positif dan kreatif tidak perlu ada kekerasan di dalamnya.


       Sumber :

Penyesuaian Diri Dan Stress


A.                     Penyesuaian Diri
1.      Pengertian penyesuaian diri
      
         Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.
terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas akibat lain.
Jadi pengertian penyesuaian diri adalah proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal lingkungan yang baru. Menurut Schneider (dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat. Menurut Callhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003), penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi individu yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu. Menurut pandangan para ahli diatas, ketiga faktor tersebut secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik mengingat individu secara konstan juga mempengaruhi kedua faktor lain. dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah proses dinamik dalam interaksi individu dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang mencakup respon-respon mental dan perilaku untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik dan mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari luar diri individu.
Menurut Schneiders (1964), pengertian penyesuaian diri dapat ditiinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
·         Penyesuaian sebagai adaptasi --- Menurut pandangan ini, penyesuaian diri cenderung diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik, bukan penyesuaian dalam arti psikologis, sehingga ada kompleksitas kepribadian individu dengan lingkungan yang terabaikan.
·         Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas --- Penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pengertian ini menyiratkan bahwa individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial maupun emosional. Menurut sudut pandang ini, individu selalu diarahkan kepada tuntutan konformitas dan diri individu akan terancam tertolak jika perilaku individu tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
·         Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan --- Penyesuaian diri dipandang sebagai kemampuan untuk merencakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi, dengan kata lain penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam mengembangkan diri sehingga dorongan emosi dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah.
Berdasarkan tiga sudut pandang tentang penyesuaian diri yang disebut diatas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup suatu respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dari dunia luar atau lingkungan tempat individu berada (Ali & Asrori, 2004).
2.Konsep Penyesuaian Diri
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam penyesuaian diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri, kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Penyesuaian yang sempurna dapat terjadi jika manusia / individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi-fungsi organisme / individu berjalan normal. Namun, penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Kepribadian yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu  yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan.

Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut : 
·         Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa  survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
·         Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
·         Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon – respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekkuatt/ memnuhi syarat.
·         Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positifmemiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungan.


3. Pertumbuhan Personal

A.    Penekanan Pertumbuhan

       Manusia  merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang. Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.
a.      Penekanan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dariproses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal padaanak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaanjasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
      b.      Variasi dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.

      c.       Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.

      d.      Fenomenologi pertumbuhan

Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen.


B.       Stress

1.Pengertian Stress

Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress dapat diartikan sebagai:
  • Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang. 
  • Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah merupakan badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda.
Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
  • Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor. 
  • Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
·         Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.





Efek – efek Stress “General Adaptation Syndrom” Menurut Hans Selye
Stres memiliki dampak buruk seperti timbulnya rasa panik, kulit keriput, sulit berkonsentrasi dan merasa kelelahan. Stres mempengaruhi emosi dan kesehatan fisik. Stres bisa terjadi karena masalah hubungan, pekerjaan atau karena kegagalan mencapai tujuan.
Dari sudut pandang ilmu kedokteran, menurut Hans Selye seorang fisiologi dan pakar stress yang dimaksud dengan stress adalah suatu respon tubuh yang tidak spesifik terhadap aksi atau tuntutan atasnya.Jadi merupakan repons automatik tubuh yang bersifat adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan fisis atau emosi yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi fisis yang optimal suatu organisme. Dari sudut pandang psikologis stress didefinisikan sebagai suatu keadaan internal yang disebabkan oleh kebutuhan psikologis tubuh atau disebabkan oleh situasi lingkungan atau sosial yang potensial berbahaya, memberikan tantangan, menimbukan perubaha-perubahan  atau memerlukan mekanisme pertahanan seseorang. Suwondo(1996) mendifinisikan stess sebagai suatu keadaan psikologik yang merupakan representatif dari transaksi khas dan problematika antara seseorang dengan lingkungannya.
Menurut Lazarus dan folkman stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh(kondisi penyakit, latihan, dll) atau diakibatkan kondisi lingkumgan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untik melakukan coping.
Rice mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan  individu merasa tegang. Atkinson mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang.Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadadap situasi stres ini disebut sebagai respon stres.
Lazarus menjelaskan bahwa stres juga dapat diartikan sebagai :
1.      Stimulus, yaitu  stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor.
2.      Respon, yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara fisiologis, seperti : jantung berdebar, gemetar dan pusing serta psikologis seperti : takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
3.      Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat memepengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.




Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress disebut sebagai general adaption syndrome, yang terdiri dari tiga fase:
a.       Alarm reaction(reaksi peringatan) pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor(perubahan) dengan baik. Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, hormon yang mempercepat katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya mengacam. Ditambah dengan denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
b.      The stage of resistance( reaksi pertahanan). Reaksi terhadap stressor sudah mencapai atau melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala-gejala psikis dan somatis. Respon ini disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi masalah, misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang dihadapi dengan ramah dan sebagainya
c.       Stage of exhaustion( reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis antara lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai bentuk gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan atau terlalu banyak makan.

Menurut Hans Selya membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan,
a.       Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
b.      Distress merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
c.       Optimal stress atau Neustress adalah stress yang berada antara eustress dan distres, merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.

Berikut adalah 8 efek stres pada tubuh yang perlu dipahami, seperti dikutip dari magforwomen.com :
Keringat Berlebihan
Stres dapat membuat seseorang berkeringat, bisa terjadi karena gugup, panik atau di bawah tekanan. Hal ini dapat membuat denyut jantung lebih cepat.
Sulit Membuat Keputusan
Bimbang dalam mengambil keputusan, sulit berkonsentrasi dan timbulnya rasa frustasi. Hal ini dapat menggangu kesehatan mental seseorang.
Perubahan Suasana Hati dan Serangan Panik
Orang yang menderita stres membuat suasana hatinya kacau. Terkadang bisa mengganggu orang disekitarnya. Selain itu disertai juga dengan serangan panik.
Nyeri Otot
Saat stres, otot-otot tubuh menjadi kaku. Akibatnya menyebabkan nyeri otot dan kejang. Untuk mengatasi ini, Anda perlu berolahraga.
Mudah Marah dan Hilang Percaya Diri
Orang stres sering berteriak karena beban pikiran. Hal ini menyebabkan rasa marah dan juga frustasi. Jika sering terjadi, dapat menghilangkan rasa percaya diri.
Kelelahan
Dampak stres terlihat di wajah, wajah terlihat pucat dan tidak bersemangat. Seseorang yang menderita stres berlebihan membuat merasal lesu dan lemah. Terkadang juga mengakibatkan pusing.
Perubahan Kulit
Saat stres, terjadi lonjakan hormon adrenalin yang menyebabkan jerawat, seperti di wajah. Hal ini juga menghambat produksi kolagen tubuh, yang akhirnya membuat kulit keriput.
Rambut Rontok
Banyak wanita atau pria yang mengalami rambut rontok bahkan mengakibatkkan kebotakan akibat stres yang berlebihan. Disarankan agar melatih diri mengadapi stres seperti teknik relaksasi atau dengan olahraga.
2.Faktor – Faktor Individual Yang Menjadi Penyebab Stress

1. Faktor Ekonomi: 

Uang dan masalah-masalah ekonomi selalu di pikiran orang. Seiring dengan krisis ekonomi global, Anda harus berurusan dengan krisis pribadi Anda. Biaya hidup, pinjaman tertunda dan ketidakpastian ekonomi secara umum adalah penyebab paling umum dari stres orang di seluruh dunia.

2. Kerja berlebihan sehingga menjadi stres: 

Dalam era teknologi modern dengan laptop, tablet dan Internet di mana-mana, kewajiban bekerja tidak pernah berakhir. Anda bisa bersantai di pantai yang eksotis, tetapi Anda harus mengirim email. Jika Anda tidak, salah satu pesaing Anda akan mengambil client Anda sehingga Anda kehilangan pelanggan. Waktu luang menyusut dan orang-orang yang menghabiskan waktu yang kurang untuk diri mereka sendiri dan orang-orang yang mereka cintai.

3. Kepuasan kerja: 

Dalam masa krisis ekonomi dan lapangan kerja, Anda tidak memiliki pilihan yang banyak untuk pekerjaan. Pengangguran meningkat dan meskipun Anda tidak menyukai pekerjaan Anda, Anda bosan dan tidak tertarik, Anda tidak bisa berhenti.

4. Hubungan pribadi: 

Hubungan manusia yang sulit dan ketegangan kehidupan sehari-hari yang menyebabkan perselisihan dan perkelahian. Keuangan keluarga, masalah seksual, serta kurangnya waktu untuk pasangan Anda dan anak-anak menghasilkan stres dan Anda tidak berada dalam posisi untuk menemukan solusi.

5. Perawatan keluarga:


Tekanan Saat Bekerja
Merawat keluarga Anda adalah tanggung jawab besar. Apakah mereka adalah anak-anak muda atau orang tua, mereka membutuhkan pemantauan ketat. Anda tidak harus melupakan pengobatan kakek-nenek, anak-anak harus pergi ke sekolah dan mempersiapkan diri untuk ujian. Ini hanya beberapa contoh dari kewajiban sehari-hari yang tidak memungkinkan waktu untuk relaksasi. Bukan hanya itu tetapi ini stres terus menerus juga menyebabkan masalah dengan tidur Anda dan Anda berakhir dalam lingkaran setan tak berujung.

6. Tekanan untuk liburan: 

Untuk mempersiapkan seluruh keluarga untuk liburan, dan tidak meninggalkan tugas-tugas yang belum selesai atau untuk mempersiapkan acara keluarga (pesta ulang tahun untuk anak-anak) tampaknya seperti beban yang menggunung. Masa persiapan yang lebih stres daripada santai dan meriah.

7. Anda tidak pernah mengatakan TIDAK: 

Anda takut untuk mengatakan TIDAK. Apakah itu untuk tanggung jawab pribadi, keluarga atau pekerjaan Anda tidak dapat menolak tugas yang diberikan untuk pekerjaan yang harus dilakukan. Salah! Anda mencoba untuk memuaskan semua orang lain, sementara tidak meninggalkan waktu untuk diri sendiri. Kewajiban Anda lakukan berada di luar apa yang Anda dapat tangani dan hal ini menciptakan lebih banyak stres
8. Kurangnya waktu yang berkualitas: 
Anda tidak punya waktu untuk melihat teman-teman Anda dan orang yang Anda cintai. Anda tidak punya waktu luang untuk diri sendiri tidak menyebutkan waktu yang berkualitas untuk melakukan hal-hal yang Anda sukai. Tindakan - tindakan ini meminimalkan kesempatan Anda untuk melarikan diri dari stres dan ketegangan.

9. Terobsesi dengan kesempurnaan: 

Anda ingin melakukan semuanya sempurna. Membuat kesalahan adalah ketakutan terburuk dan hal ini menciptakan lebih banyak stres. Ini obsesi dengan kesempurnaan, tidak meninggalkan Anda waktu untuk memikirkan hal-hal lain selain target Anda dan Anda akhirnya kehilangan dirimu.

10. Kurangnya minat: 

Anda memulai tugas baru dan bosan. Anda menetapkan tujuan baru tapi berhenti di tengah. Anda tidak memiliki gairah atau motivasi untuk melakukan sesuatu. Ini akan memberikan Anda kekecewaan dan mendorong Anda dalam keputusasaan. Anda kehilangan nafsu makan dan tidur dan ini memperburuk situasi.

11. Gangguan dan kebingungan: 

Ketika semuanya tidak teratur, tidak berjalan lancar. Rumah berantakan, di kantor banyak tekanan dan perasaan bahwa semuanya sangat kacau dapat menyebabkan Anda menjadi lebih mudah stress. Perasaan ini memiliki kemampuan ajaib untuk menahan Anda dan mengingatkan kita tentang kejadian - kejadian yang sudah terjadi yang akan menambah stress pada diri Anda. Bahkan jika Anda ingin melarikan diri, situasi lingkungan Anda tidak akan mengijinkan.

3.Tipe – Tipe Stress Psikologi
A. Tekanan
Adanya tekanan dalam diri seseorang dari luar seperti lingkungan , teman , keluarga dan sebagainya cenderung dapat membuat seseorang merasa dirinya bingung untuk melakukan hal seperti apa apakah seseorang tersebut menentang kehendak dirinya sendiri karena adanya tekanan dari berbagai pihak. Banyak orang mengalami dirinya sangat stress karena berbagai tekanan tersebut.
B.Frustasi
Seseorang selalu ingin mendapatkan yang diinginkannya, tetapi bila seseorang tersebut tidak dapat mewujudkannya sseorang tersebut akan merasa gelisah, resah akan ketikmampuannya untuk mencapai hal yang diinginkannya itu. Maka akan timbul lah frustasi pada di seseorang yang juga akan mengakibatkan atau berdampak pada stress.
C.Konflik
Konflik atau masalah yang timbul saat diri seseorang merasa dirinya sudah banyak masalah internal maupun eksternal maka seseorang pun akan dapat merasakan stress. Maka dari itu seseorang diharapkan segera menyelesaikan masalah atau konflik yang sudah tercipta agar jadi lebih baik lagi.
D.Kecemasan
Dalam diri seseorang pasti akan mengalami kecemasan yang timbul karena adanya rasa takut serta khawatir terhadap sesuatu yang mungkin akan membuat dirinya akan merasa sulit. Dalam kecemasan trsebut pasti seseorang tidak dapat menyelesaikannya tanpa bantuan dari orang lain karena bila di diamkan berlarut – larut kecemasan seseorang juga dapat mengakibat kan stress.

4. System Reducing Responses Terhadap Stress, Mekanisme Pertahanan Diri Dan Strategi  Coping Untuk Mengatasi Stress
Ada berbagai macam cara penanganan stress yaitu dengan menghilangkan stress mekanisme pertahanan dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut Lazurus penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
·         Coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping)  adalah istilah Lazurus untuk strategi kognitif untuk penanganan dtress atau coping yang digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
·         Coping yang berfokus pada emosi (problem focused coping) adalah isitlah Lazurus untuk strategi penanganan stress diaman individu memberikan respon terhadad situasi stress dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penialaian defensif.

5. Pendekatan Problem Solving Terhadap Stress Dan Bagaimana Meningkatkan Toleransi Stress
        Salah satu cara dalam menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback.
Melakukan sugesti untuk diri sendiri, juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendiri. Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah kepada Tuhan).
·      Meningkatkan Toleransi Stress dan Pendekatan Berorientasi terhadap Tugas
Meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan cara meningkatkan keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa stres memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda. Secara fisik: mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di televisi, berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.

Sumber: