A.
Penyesuaian Diri
1.
Pengertian
penyesuaian diri
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah
adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian
diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri
sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas
(conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)
Pada mulanya penyesuaian diri
diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini
pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis,
atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke
daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin
tersebut.
terhadap suatu norma. Pemaknaan
penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa Ada juga penyesuaian
diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas akibat lain.
Jadi pengertian penyesuaian diri
adalah proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal lingkungan yang baru.
Menurut Schneider (dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan
kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk
mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat. Menurut Callhoun dan Acocella
(dalam Sobur, 2003), penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi individu
yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia
individu. Menurut pandangan para ahli diatas, ketiga faktor tersebut secara
konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik
mengingat individu secara konstan juga mempengaruhi kedua faktor lain. dapat
disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah proses dinamik dalam interaksi
individu dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang mencakup
respon-respon mental dan perilaku untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan
internal, ketegangan, frustasi, konflik dan mencapai keselarasan antara
tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari luar diri individu.
Menurut
Schneiders (1964), pengertian penyesuaian diri dapat ditiinjau dari tiga sudut
pandang, yaitu:
·
Penyesuaian
sebagai adaptasi --- Menurut pandangan ini, penyesuaian diri cenderung
diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik, bukan penyesuaian
dalam arti psikologis, sehingga ada kompleksitas kepribadian individu dengan
lingkungan yang terabaikan.
·
Penyesuaian
diri sebagai bentuk konformitas --- Penyesuaian diri diartikan sama dengan
penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pengertian ini menyiratkan
bahwa individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu
menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial maupun
emosional. Menurut sudut pandang ini, individu selalu diarahkan kepada tuntutan
konformitas dan diri individu akan terancam tertolak jika perilaku individu
tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
·
Penyesuaian
diri sebagai usaha penguasaan --- Penyesuaian diri dipandang sebagai kemampuan
untuk merencakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu
sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi, dengan kata
lain penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam
mengembangkan diri sehingga dorongan emosi dan kebiasaan menjadi terkendali dan
terarah.
Berdasarkan tiga
sudut pandang tentang penyesuaian diri yang disebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup suatu
respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat
berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik
serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri
individu dengan tuntutan dari dunia luar atau lingkungan tempat individu berada
(Ali & Asrori, 2004).
2.Konsep Penyesuaian Diri
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh
mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam penyesuaian diri dengan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Seseorang tidak
dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu
menyesuaikan diri, kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan
diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang
proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Penyesuaian yang sempurna dapat
terjadi jika manusia / individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya
dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua
fungsi-fungsi organisme / individu berjalan normal. Namun, penyesuaian diri
lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus
menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi
sehat. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Kepribadian yang sehat ialah
memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, Penyesuaian diri merupakan salah satu
persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak
individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam
hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan
kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak
jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan
oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh
tekanan.
Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut :
·
Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau
bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan
dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
·
Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti
menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
·
Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan
untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon – respon sedemikian rupa,
sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan dan frustasi-frustasi
secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan
cara yang adekkuatt/ memnuhi syarat.
·
Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan
emosional maksudnya ialah secara positifmemiliki respon emosional yang tepat
pada setiap situasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk
mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungan.
3. Pertumbuhan
Personal
A.
Penekanan Pertumbuhan
Manusia merupakan makhluk
individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik
atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau
seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai
kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial
tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan
tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang
panjang. Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau
kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan
keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan
kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling
dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap keluarga pasti
menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan
mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan hanya dalam lingkup
keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun terdapat norma-norma
yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.
a. Penekanan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dariproses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal padaanak yang sehat
pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses
transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaanjasmaniah) yang
herediter dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan
berkaitan dengan perubahan kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan
struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)bahwa
perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung
dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana
diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses
diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari
penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin
nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
b. Variasi
dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
c. Kondisi-kondisi
untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen
sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik
berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa
terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe
tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang
ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan
dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi
primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar,
dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot
dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian.
Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan
penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas
penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi
kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
d. Fenomenologi
pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang
dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia
dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam
pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi
tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi
Humanistik. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut
(kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen.
B. Stress
1.Pengertian Stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental.
Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress
dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental.
Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun
mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan
karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi
yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana
untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan
apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu
sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis
seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang
yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system
kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar
kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi
yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu
sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman
atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan,
menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan
yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang
terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi
lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress dapat diartikan
sebagai:
- Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau
proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan
(lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan
psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang.
- Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu
dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap
tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan
permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
Menurut Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stress
hanyalah merupakan badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi
seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang
menyertai stresor. Stres bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat
sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan
sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru
terjadi akibat faal, kemudian Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola
hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda.
Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang
mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap
stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan
dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek
yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm
reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara
otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan
reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga
(exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
- Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang
menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor.
- Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang
muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang
muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit
berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
· Proses, yaitu stress
digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat
mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun
afeksi.
Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi,
stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit,
tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana
individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.
Efek – efek Stress
“General Adaptation Syndrom” Menurut Hans Selye
Stres memiliki dampak buruk seperti timbulnya rasa panik, kulit keriput,
sulit berkonsentrasi dan merasa kelelahan. Stres mempengaruhi emosi dan
kesehatan fisik. Stres bisa terjadi karena masalah hubungan, pekerjaan atau
karena kegagalan mencapai tujuan.
Dari
sudut pandang ilmu kedokteran, menurut Hans Selye seorang fisiologi dan pakar
stress yang dimaksud dengan stress adalah suatu respon tubuh yang tidak
spesifik terhadap aksi atau tuntutan atasnya.Jadi merupakan repons automatik
tubuh yang bersifat adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan
fisis atau emosi yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi fisis yang optimal
suatu organisme. Dari sudut pandang psikologis stress didefinisikan sebagai
suatu keadaan internal yang disebabkan oleh kebutuhan psikologis tubuh atau
disebabkan oleh situasi lingkungan atau sosial yang potensial berbahaya,
memberikan tantangan, menimbukan perubaha-perubahan atau memerlukan mekanisme pertahanan
seseorang. Suwondo(1996) mendifinisikan stess sebagai suatu keadaan psikologik
yang merupakan representatif dari transaksi khas dan problematika antara
seseorang dengan lingkungannya.
Menurut
Lazarus dan folkman stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh
tuntutan fisik dari tubuh(kondisi penyakit, latihan, dll) atau diakibatkan
kondisi lingkumgan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak
terkendali atau melebihi kemampuan individu untik melakukan coping.
Rice
mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan individu merasa tegang. Atkinson mengemukakan
bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan
fisik dan psikologis seseorang.Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan
reaksi individu terhadadap situasi stres ini disebut sebagai respon stres.
Lazarus
menjelaskan bahwa stres juga dapat diartikan sebagai :
1.
Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian
tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor.
2.
Respon, yaitu stres merupakan suatu
respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang
menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat
secara fisiologis, seperti : jantung
berdebar, gemetar dan pusing serta psikologis seperti : takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan
mudah tersinggung.
3.
Proses, yaitu stres digambarkan
sebagai suatu proses dimana individu
secara aktif dapat memepengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah
laku, kognisi maupun afeksi.
Reaksi
fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress disebut sebagai
general adaption syndrome, yang terdiri dari tiga fase:
a.
Alarm reaction(reaksi peringatan) pada fase ini tubuh dapat mengatasi
stressor(perubahan) dengan baik. Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan
adrenalin, hormon yang mempercepat katabolisme untuk menghasilkan energi untuk
persiapan menghadapi bahaya mengacam. Ditambah dengan denyut jantung bertambah
dan otot berkontraksi.
b.
The stage of resistance( reaksi pertahanan). Reaksi terhadap stressor sudah
mencapai atau melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul
gejala-gejala psikis dan somatis. Respon ini disebut juga coping mechanism. Coping
berarti kegiatan menghadapi masalah, misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa
tidak senang dihadapi dengan ramah dan sebagainya
c.
Stage of exhaustion( reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala
psikosomatik tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis antara lain gangguan
penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai bentuk
gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan atau terlalu banyak
makan.
Menurut
Hans Selya membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan,
a.
Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang,
menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat
positif, misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
b.
Distress merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu
lagi diatasi
c.
Optimal stress atau Neustress adalah stress yang berada antara eustress dan
distres, merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk
menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan
produktivitas kerja dan berani bersaing.
Berikut adalah 8 efek stres pada tubuh yang perlu dipahami, seperti dikutip
dari
magforwomen.com :
Keringat Berlebihan
Stres dapat membuat seseorang berkeringat, bisa terjadi karena gugup, panik
atau di bawah tekanan. Hal ini dapat membuat denyut jantung lebih cepat.
Sulit Membuat Keputusan
Bimbang dalam mengambil keputusan, sulit berkonsentrasi dan timbulnya rasa
frustasi. Hal ini dapat menggangu kesehatan mental seseorang.
Perubahan Suasana Hati dan Serangan Panik
Orang yang menderita stres membuat suasana hatinya kacau. Terkadang bisa
mengganggu orang disekitarnya. Selain itu disertai juga dengan serangan panik.
Nyeri Otot
Saat stres, otot-otot tubuh menjadi kaku. Akibatnya menyebabkan nyeri otot
dan kejang. Untuk mengatasi ini, Anda perlu berolahraga.
Mudah Marah dan Hilang Percaya Diri
Orang stres sering berteriak karena beban pikiran. Hal ini menyebabkan rasa
marah dan juga frustasi. Jika sering terjadi, dapat menghilangkan rasa percaya
diri.
Kelelahan
Dampak stres terlihat di wajah, wajah terlihat pucat dan tidak bersemangat.
Seseorang yang menderita stres berlebihan membuat merasal lesu dan lemah.
Terkadang juga mengakibatkan pusing.
Perubahan Kulit
Saat stres, terjadi lonjakan hormon adrenalin yang menyebabkan jerawat,
seperti di wajah. Hal ini juga menghambat produksi kolagen tubuh, yang akhirnya
membuat kulit keriput.
Rambut Rontok
Banyak wanita atau pria yang mengalami rambut rontok bahkan mengakibatkkan
kebotakan akibat stres yang berlebihan. Disarankan agar melatih diri mengadapi
stres seperti teknik relaksasi atau dengan olahraga.
2.Faktor – Faktor Individual Yang
Menjadi Penyebab Stress
1. Faktor Ekonomi:
Uang
dan masalah-masalah ekonomi selalu di pikiran orang. Seiring dengan krisis ekonomi
global, Anda harus berurusan dengan krisis pribadi Anda. Biaya hidup, pinjaman
tertunda dan ketidakpastian ekonomi secara umum adalah penyebab paling umum
dari stres orang di seluruh dunia.
2.
Kerja berlebihan sehingga menjadi stres:
Dalam
era teknologi modern dengan laptop, tablet dan Internet di mana-mana, kewajiban
bekerja tidak pernah berakhir. Anda bisa bersantai di pantai yang eksotis,
tetapi Anda harus mengirim email. Jika Anda tidak, salah satu pesaing Anda akan
mengambil client Anda sehingga Anda kehilangan pelanggan. Waktu luang menyusut
dan orang-orang yang menghabiskan waktu yang kurang untuk diri mereka sendiri
dan orang-orang yang mereka cintai.
3.
Kepuasan kerja:
Dalam
masa krisis ekonomi dan lapangan kerja, Anda tidak memiliki pilihan yang banyak
untuk pekerjaan. Pengangguran meningkat dan meskipun Anda tidak menyukai
pekerjaan Anda, Anda bosan dan tidak tertarik, Anda tidak bisa berhenti.
4.
Hubungan pribadi:
Hubungan
manusia yang sulit dan ketegangan kehidupan sehari-hari yang menyebabkan
perselisihan dan perkelahian. Keuangan keluarga, masalah seksual, serta
kurangnya waktu untuk pasangan Anda dan anak-anak menghasilkan stres dan Anda
tidak berada dalam posisi untuk menemukan solusi.
5.
Perawatan keluarga:
Merawat
keluarga Anda adalah tanggung jawab besar. Apakah mereka adalah anak-anak muda
atau orang tua, mereka membutuhkan pemantauan ketat. Anda tidak harus melupakan
pengobatan kakek-nenek, anak-anak harus pergi ke sekolah dan mempersiapkan diri
untuk ujian. Ini hanya beberapa contoh dari kewajiban sehari-hari yang tidak
memungkinkan waktu untuk relaksasi. Bukan hanya itu tetapi ini stres terus
menerus juga menyebabkan masalah dengan tidur Anda dan Anda berakhir dalam
lingkaran setan tak berujung.
6.
Tekanan untuk liburan:
Untuk
mempersiapkan seluruh keluarga untuk liburan, dan tidak meninggalkan
tugas-tugas yang belum selesai atau untuk mempersiapkan acara keluarga (pesta
ulang tahun untuk anak-anak) tampaknya seperti beban yang menggunung. Masa
persiapan yang lebih stres daripada santai dan meriah.
7.
Anda tidak pernah mengatakan TIDAK:
Anda
takut untuk mengatakan TIDAK. Apakah itu untuk tanggung jawab pribadi, keluarga
atau pekerjaan Anda tidak dapat menolak tugas yang diberikan untuk pekerjaan
yang harus dilakukan. Salah! Anda mencoba untuk memuaskan semua orang lain,
sementara tidak meninggalkan waktu untuk diri sendiri. Kewajiban Anda lakukan
berada di luar apa yang Anda dapat tangani dan hal ini menciptakan lebih banyak
stres
8. Kurangnya waktu yang
berkualitas:
Anda
tidak punya waktu untuk melihat teman-teman Anda dan orang yang Anda cintai.
Anda tidak punya waktu luang untuk diri sendiri tidak menyebutkan waktu yang
berkualitas untuk melakukan hal-hal yang Anda sukai. Tindakan - tindakan ini
meminimalkan kesempatan Anda untuk melarikan diri dari stres dan ketegangan.
9.
Terobsesi dengan kesempurnaan:
Anda
ingin melakukan semuanya sempurna. Membuat kesalahan adalah ketakutan terburuk
dan hal ini menciptakan lebih banyak stres. Ini obsesi dengan kesempurnaan,
tidak meninggalkan Anda waktu untuk memikirkan hal-hal lain selain target Anda
dan Anda akhirnya kehilangan dirimu.
10.
Kurangnya minat:
Anda
memulai tugas baru dan bosan. Anda menetapkan tujuan baru tapi berhenti di
tengah. Anda tidak memiliki gairah atau motivasi untuk melakukan sesuatu. Ini
akan memberikan Anda kekecewaan dan mendorong Anda dalam keputusasaan. Anda
kehilangan nafsu makan dan tidur dan ini memperburuk situasi.
11.
Gangguan dan kebingungan:
Ketika
semuanya tidak teratur, tidak berjalan lancar. Rumah berantakan, di kantor
banyak tekanan dan perasaan bahwa semuanya sangat kacau dapat menyebabkan Anda
menjadi lebih mudah stress. Perasaan ini memiliki kemampuan ajaib untuk menahan
Anda dan mengingatkan kita tentang kejadian - kejadian yang sudah terjadi yang
akan menambah stress pada diri Anda. Bahkan jika Anda ingin melarikan diri,
situasi lingkungan Anda tidak akan mengijinkan.
3.Tipe – Tipe Stress Psikologi
A. Tekanan
Adanya tekanan dalam diri seseorang dari luar seperti lingkungan , teman ,
keluarga dan sebagainya cenderung dapat membuat seseorang merasa dirinya
bingung untuk melakukan hal seperti apa apakah seseorang tersebut menentang
kehendak dirinya sendiri karena adanya tekanan dari berbagai pihak. Banyak orang
mengalami dirinya sangat stress karena berbagai tekanan tersebut.
B.Frustasi
Seseorang selalu ingin mendapatkan yang diinginkannya, tetapi bila
seseorang tersebut tidak dapat mewujudkannya sseorang tersebut akan merasa
gelisah, resah akan ketikmampuannya untuk mencapai hal yang diinginkannya itu. Maka
akan timbul lah frustasi pada di seseorang yang juga akan mengakibatkan atau
berdampak pada stress.
C.Konflik
Konflik atau masalah yang timbul saat diri seseorang merasa dirinya sudah
banyak masalah internal maupun eksternal maka seseorang pun akan dapat
merasakan stress. Maka dari itu seseorang diharapkan segera menyelesaikan
masalah atau konflik yang sudah tercipta agar jadi lebih baik lagi.
D.Kecemasan
Dalam diri seseorang pasti akan mengalami kecemasan yang timbul karena
adanya rasa takut serta khawatir terhadap sesuatu yang mungkin akan membuat
dirinya akan merasa sulit. Dalam kecemasan trsebut pasti seseorang tidak dapat
menyelesaikannya tanpa bantuan dari orang lain karena bila di diamkan berlarut –
larut kecemasan seseorang juga dapat mengakibat kan stress.
4. System Reducing Responses
Terhadap Stress, Mekanisme Pertahanan Diri Dan Strategi Coping Untuk Mengatasi Stress
Ada berbagai macam cara penanganan stress yaitu dengan menghilangkan
stress mekanisme pertahanan dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut
Lazurus penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
·
Coping yang berfokus pada masalah (problem
focused coping) adalah istilah Lazurus untuk strategi
kognitif untuk penanganan dtress atau coping yang digunakan oleh individu yang
mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
·
Coping yang berfokus pada emosi (problem
focused coping) adalah isitlah Lazurus untuk strategi penanganan stress
diaman individu memberikan respon terhadad situasi stress dengan cara
emosional, terutama dengan menggunakan penialaian defensif.
5. Pendekatan Problem Solving
Terhadap Stress Dan Bagaimana Meningkatkan Toleransi Stress
Salah satu cara
dalam menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya
adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar
untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit
sebagai feedback.
Melakukan
sugesti untuk diri sendiri, juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana
keadaan diri kita sendiri. Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga
cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah
kepada Tuhan).
· Meningkatkan Toleransi Stress dan
Pendekatan Berorientasi terhadap Tugas
Meningkatkan
toleransi terhadap stres, dengan cara meningkatkan keterampilan/kemampuan diri
sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan
diri sendiri bahwa stres memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan
dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda.
Secara fisik: mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton
acara-acara hiburan di televisi, berolahraga secara teratur, melakukan tai chi,
yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.
Sumber: